Sharing - Forum - Interaksi - Materi Manajemen - Materi Matematikaria

Selasa, 08 Maret 2011

Ferdinand Tonnies


                                       By: Pujiadi Swijoyo
Dalam kaitanya dengan karakteristik masyarakat dan budaya Indonesia, menurut Ferdinand Tonnies (dalam Sztompka, Piotr, 2005) kita mengenal Paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gessellschaft) sebagai bentuk organisasi sosial. Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggota diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut bersifat nyata dan organis sebagaiman dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga, dan lain sebagainya. Suatu paguyuban mempunyai beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut.:
1. Gemeinschaft by blood, yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan. Didalam pertumbuhannya masyarakat yang semacam ini makin lama makin menipis, contoh : Kekerabatan, masyarakat-masyarakat daerah yang terdapat di DI. Yogyakarta, Solo, dan sebagainya.
2. Gemeinschaft of placo (locality), yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan sehingga dimungkinkan untuk dapatnya saling menolong, contoh : RT dan RW.
3. Gemeinschaft of mind, yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pikiran yang sama., seperti agama.
Sedangkan Patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk patembayan terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik misalnya ikatan antarpedagang, organisasi pegawai dalam suatu pabrik atau industri. Bentuk organisasi sosial ini adalah yang paling cocok untuk menjelaskan penerapan teori penetrasi sosial, dimana hubungan timbal balik, percampuran berbagai kepentingan pribadi atau kelompok sangat mendasari terbentuknya hubungan.
Dalam konteks karakteristik masyarakat dan budaya Indonesia, kritik atas Teori Penetrasi sosial dapat di jelaskan oleh bentuk masyarakat Paguyuban, dimana hubungan terbentuk dari sesuatu hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal. Dimana ikatan darah dan keturunan, kekerabatan kedaerahan, rasa gotong royong dalam bertetangga serta kedekatan karena kesamaan agama dan kepercayaan, lebih emndasari terbentuknya hubungan daripada hanya sekedar prinsip untung rugi dalam teori penetrasi sosial ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More